
Tanggal 21 Februari menjadi saksi lahirnya salah satu karya politik paling berpengaruh dalam sejarah dunia, yaitu The Communist Manifesto. Ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, manifesto ini tidak hanya menawarkan ide-ide baru mengenai tatanan masyarakat, tetapi juga menjadi dasar ideologi komunisme yang menginspirasi berbagai gerakan revolusioner di seluruh dunia. Karya ini lahir di tengah kondisi Eropa yang sedang mengalami perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang sangat pesat akibat Revolusi Industri. Revolusi ini membawa dampak yang luar biasa, baik dalam kemajuan teknologi maupun dalam menciptakan kesenjangan sosial yang signifikan.
Pada masa itu, kelas masyarakat terpecah menjadi dua golongan utama: kaum borjuis dan proletar. Kaum borjuis adalah pemilik modal dan alat produksi, sedangkan kaum proletar merupakan para buruh yang menjual tenaga kerjanya untuk bertahan hidup. Kondisi kerja yang buruk, jam kerja yang panjang, upah yang rendah, dan minimnya perlindungan hak-hak pekerja membuat kaum buruh hidup dalam kemiskinan dan penderitaan. Sementara itu, kaum borjuis hidup dalam kemewahan, memanfaatkan keuntungan besar dari hasil keringat para pekerja. Realitas inilah yang mendorong Karl Marx dan Friedrich Engels untuk menyusun manifesto yang akan menggugah kesadaran kelas pekerja tentang ketidakadilan yang mereka alami.

The Communist Manifesto ditulis sebagai jawaban atas permintaan dari Communist League, sebuah organisasi buruh internasional yang berbasis di London. Marx dan Engels diberikan tugas untuk merumuskan prinsip-prinsip komunisme dalam bentuk manifesto politik yang jelas dan tegas. Pada 21 Februari 1848, manifesto ini diterbitkan untuk pertama kalinya dalam bahasa Jerman dengan judul asli Manifest der Kommunistischen Partei. Sejak awal penerbitannya, manifesto ini sudah menunjukkan keberanian dalam mengkritik kapitalisme dan menawarkan alternatif baru berupa sistem ekonomi dan sosial berbasis komunisme.
Isi utama manifesto ini dibagi menjadi empat bab penting. Bab pertama, “Bourgeois and Proletarians”, menjelaskan bahwa sejarah dunia adalah sejarah perjuangan kelas. Marx dan Engels memaparkan bagaimana kapitalisme menciptakan ketidakadilan dengan memperluas jurang antara kelas atas dan kelas pekerja. Mereka menyebutkan bahwa kaum borjuis secara sistematis mengeksploitasi tenaga kerja proletar demi mempertahankan kekuasaan dan kekayaan mereka. Bab kedua, “Proletarians and Communists”, menjelaskan peran Partai Komunis dalam memimpin perjuangan kaum pekerja. Partai Komunis dipandang sebagai pelopor yang harus membimbing proletar untuk menggulingkan kapitalisme dan mendirikan masyarakat tanpa kelas di mana alat-alat produksi dimiliki bersama oleh seluruh rakyat.
Bab ketiga, “Socialist and Communist Literature”, mengkritik berbagai aliran sosialisme lain yang dianggap tidak cukup radikal atau bahkan cenderung mempertahankan status quo. Marx dan Engels membedakan komunisme dari sosialisme utopis dan aliran-aliran lain yang menurut mereka tidak menawarkan solusi nyata terhadap penindasan kaum buruh. Bab keempat, “Position of the Communists in Relation to the Various Existing Opposition Parties”, menunjukkan sikap Partai Komunis terhadap gerakan politik lain di Eropa pada saat itu. Manifesto ini juga mengajak semua kaum buruh di dunia untuk bersatu dalam perjuangan bersama melawan penindasan, melalui slogan ikonik “Workers of the world, unite!” (Kaum buruh sedunia, bersatulah!).

Pengaruh manifesto ini tidak langsung terasa, namun seiring berkembangnya gerakan buruh di Eropa, ide-ide komunisme mulai mendapat perhatian lebih. Ketika Revolusi 1848 meletus di berbagai negara Eropa, manifesto ini menjadi salah satu bacaan penting bagi kaum revolusioner, meski gerakan ini sendiri akhirnya gagal mencapai tujuan-tujuan besarnya. Namun, pengaruh jangka panjang manifesto ini benar-benar tampak dalam sejarah dunia, terutama ketika Revolusi Rusia 1917 berhasil menggulingkan kekaisaran Rusia dan mendirikan negara komunis pertama di dunia, yaitu Uni Soviet. Pemimpin revolusi tersebut, Vladimir Lenin, sangat terinspirasi oleh gagasan Marx dan Engels dalam manifesto ini.
Selain di Rusia, The Communist Manifesto juga mempengaruhi revolusi di Tiongkok, Kuba, Vietnam, dan berbagai negara lainnya. Ide-ide tentang pemerintahan tanpa kelas, penghapusan kepemilikan pribadi, dan distribusi kekayaan yang adil menjadi dasar pembentukan banyak rezim komunis. Namun, dalam praktiknya, penerapan komunisme sering kali berbeda dengan teori aslinya. Beberapa negara yang mengadopsi komunisme justru berubah menjadi rezim otoriter dengan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas. Hal ini memicu kritik dari banyak pihak bahwa komunisme dalam pelaksanaannya tidak selalu sejalan dengan visi ideal yang diajukan dalam manifesto tersebut.
Hingga hari ini, The Communist Manifesto tetap menjadi bahan diskusi dan kajian di berbagai kalangan, baik dalam ranah politik, ekonomi, maupun sosial. Buku ini menawarkan sudut pandang yang kritis terhadap kapitalisme dan memberikan pemahaman mendalam mengenai dinamika perjuangan kelas. Meskipun komunisme sebagai sistem pemerintahan telah banyak ditinggalkan, konsep-konsep dalam manifesto ini masih relevan dalam membahas isu-isu sosial, seperti ketimpangan ekonomi, hak-hak pekerja, dan keadilan sosial.
Melalui sejarah ini, kita diingatkan bahwa perubahan sosial yang drastis bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, ia membawa harapan bagi kaum tertindas, tetapi di sisi lain, tanpa kontrol dan pengawasan yang tepat, ia juga bisa menimbulkan kekacauan dan penderitaan. Sebagai generasi muda, penting bagi kita untuk memahami sejarah, bukan hanya untuk menghindari kesalahan yang sama, tetapi juga untuk menciptakan masa depan yang lebih adil dan sejahtera bagi semua. The Communist Manifesto mengajarkan kita untuk selalu kritis terhadap sistem yang ada, tetapi juga bijaksana dalam memilih jalan perubahan yang akan ditempuh.